ini cerpen yg aku bikin pas ada tugas b.indonesia dari bu tanti, guru bahasa indonesia terbaik yang pernah aku punya, miss you bu, aku persembahkan karyaku padamuu..
“Jangan lupakan aku !”
”Oleh elsa puspa silfia X-2Hanyalah rintik hujan yang menemani ku dalam keheningan malam tanpa pancaran sinar rembulan. Dingin, sunyi, sepi. Itulah suasana saat ini, saat aku menginginkan kehangatan. Saat aku menginginkan hiburan sang bintang. Saat aku merindukan sentuhan hangat sinar rembulan. Suasana saat ini menarikku tenggelam kedalam lautan kenangan, tertegun dalam kenangan lampau yang sangat menyakitkan bagiku, membuatku kembali merasakan kerinduan mendalam. Sembilan tahun silam. 16 Oktober 2001, hari ulang tahun Raisa sahabatku. Saat aku berdiri disampingmu sahabatku, mendampingimu dalam suatu ruangan. Hunian insan yang teraniaya melawan kesakitan yang menggerogoti tubuhnya. Kadang ia menggerakan jarinya, membuatku merasa agak tenang. Tapi kadang ia diam membisu sangat mengkhawatirkanku.
Tiga tahun pun berlalu, Raisa, sahabatku, masih berbaring diatas tempat tidur yang menurutku sangat tidak nyaman bagi semua orang yang berbaring diatasnya. Tempat tidur rumah sakit. Kau masih belum membuka matamu, kau masih dalam keadaan koma, hidupmu masih dibantu dengan alat canggih rumah sakit. Setiap kali aku melihatmu, selalu berlinang air mata dipipiku. Selalu aku menangis, sampai suatu saat aku merasa telah kehabisan air mata. Tapi tak mungkin aku berhenti menangis begitu saja. Aku sedih, aku lara, aku kesepian, aku rindu, aku sangat rindu akan tawamu. Aku rindu bercanda gurau bersamamu. Aku rindu berbagi cerita bersamamu. Aku rindu akan segala yang ada dalam dirimu. Karena aku belum menemukan seseorang yang mempunyai jati diri sebaik dirimu. Itulah kalimat yang selalu kuucapkan kepadamu. Berharap kau mendengarnya.
Sampai pada suatu hari, aku serasa keajaiban menyelimuti hariku.
Dalam suatu pagi yang indah, suara ayam berkokok dengan riangnya, burung pipit bernyanyi tiada henti menyambut hari yang cerah. Perlahan kubuka mataku. Lalu tersenyum tanpa sebab. Menyambut hari yang lebih baik dari kemarin mungkin. Aku turun dari tempat tidur dalam keadaan yang tidak memungkinkan. “Blug” suara itu. Saking masih ngantuknya aku terjatuh terguling bersama selimut tebalku. Berdirilah aku dengan langkah mantap menuju jendela kecil kamar tidurku, kubuka kaca jendelaku , sesaat kemudian aku menghirup udara segar pagi yang indah sambil merentangkan tanganku. Aku serasa hidup bebas terlepas dari segala beban yang memberatkan pikiranku. Bergegaslah segera aku ke kamar mandi sebelah kamar tidurku. setelah aku keluar dari kamar mandi, “kring…kring…kring…” telepon rumahku berbunyi. Ibuku. “Ra, mamah mau ke Lampung bentar ko cuma satu minggu mamah kesana mau bareng papah ada urusan kantor mendadak banget, jaga diri ya “. “ ya mamaku sayang, ribet banget si mah , Zahra pasti jaga diri ko, Zahra kan udah gede, udah ya mamah ga usah khawatir, hati-hati ya mah, sampein salam aku ke papa dadah mamah”. Aku merasa bosan selalu hidup seperti ini. Temanku yang bisa kuajak ngobrol saat ini hanyalah laptopku. Link demi link ku telusuri. Sampailah aku pada suatu obrolan bersama seseorang yang belum aku kenal, Nanda namanya. Awalnya aku hanya melewati obrolan demi obrolan hanya untuk mencari hiburan semata. Sampai lama-kelamaan aku merasa nyaman dengannya. Aku serasa mendapatkan kembali bagian hidupku yang telah lama menghilang. Seiring berjalannya waktu, kamipun semakin dekat, dapatlah dikatakan sahabat. Sampai-sampai aku melupakan Raisa tanpa sadarku.
Suatu hari tepat di hari Sabtu, 16 Oktober 2010. Aku dan Nanda berjanji akan Nonton bareng dan jalan-jalan, aku juga berencana akan menginap di rumah Nanda.
Setelah lelah jalan-jalan di seputar taman dekat perumahan Nanda, kita pun beristirahat sejenak di bawah pohon. Tiba-tiba telepon genggamku bergetar, tapi aku hanya menganggap itu sebagai sms yang bias di buka kapan saja, karena aku lelah aku biarkanlah bergetar. Tapi mulai ada kejanggalan saat telepon genggamku bergetar kembali. Kuangkat teleponku. Tertuliskan ‘mama raisa’.Benakku bertanya-tanya, ada apa mama raisa nelpon. Kutekan tombol hijau, lalu seseorang berbicara paniknya tanpa jeda. “Zahra, Raisa kritis kamu cepat kesini tante khawatir banget, tante ga ada temen disini.” Sejenak ku berpikir, aku menjerit dalam hati menyalahkan diri sendiri. Aku tak ingat hari ini hari ulangtahunnya Raisa, aku telah berjanji aku akan selalu disampingnya walau tidak setiap waktu tapi minimal pada hari bahagianya. Aku terpukul oleh diriku sendiri. Aku baru sadar selama ini aku telah melupakannya. Sesegeranya aku sadar dari pikiran penyesalanku yang mendalam. Tak peduli apa yang sedang terjadi di sekitarku, bahkan aku tak mendengar apapun selain suara janjiku pada Raisa dimasa lampau. Bahkan suara Nanda memanggilku pun ku tak dengar. Aku langsung bergegas ke rumah sakit tanpa pikir panjang. Sesampainya disana aku masuk ke ruangan Raisa, mama Raisa langsung memeluku membuatku mendekat ke Raisa. Aku terpukul melihatnya. Ia terkujur kaku memegang sehelai kertas berisikan. “Zahra, aku kangen sama kamu, kenapa kamu jarang nemuin aku lagi. Sebenernya aku udah sadar dari minggu lalu, tapi aku ga mau ngeganggu kamu sama temen baru kamu, setelah aku denger ada yang namanya nanda yang sering maen kerumah kamu. makasih ya udah mau temenan sama aku. Aku Cuma minta satu hal dari kamu. Jangan lupakan aku lagi ya.”
“jangan lupakan aku” itulah kata yang selalu terngiang dalam mimpiku. Penyesalan mendalam ini membuatku tak dapat berbuat apapun lagi. Akhirnya aku memutuskan untuk sekolah di luar negri karena aku tak sanggup harus tenggelam dalam lautan penyesalan yang sangat dalam. Melebihi dalamnya samudera mungkin.
Tapi tenang, aku tak akan melupakanmu lagi, kamu selalu ada dihatiku Raisa. Tak akan yang akan menggantikanmu. Sementara itu Nanda pun meninggalkanku dalam sepi. Ia pergi tanpa pamit ke Australia. Raisa, aku pergi ya…
Suasana peristirahatan itu meninggalkan luka tajam dihatiku.
Aku sedih, hatiku hampa, hancur berkeping-keping air mataku yak bisa berhenti bertetes bila aku terus memandang nisan yang bertuliskan
Raisa Mitha Amanda binti Solihin,
lahir 16 Oktober 1994,
wafat 16 Oktober 2010
0 comment:
Post a Comment